Pelayanan
bimbingan sebagai usaha professional lahir di Amerika Serikat dn berkembang
dengan pesat sejak awal abad ini. Terdapat sejumlah factor yang mendorong
perkembangan gerakan bimbingan , sampai mendapat tempat di instansi pendidikan
sekolah. Pertama , perhatian terhadap
para imigran yang datang ke Amerika Serikat dari kawasan Eropa pada awal abad
ini dan membutuhkan pekerjaan yang layak, supaya dapat maju. Kedua , pengaruh
dari agama – agama Kristen yang memandang bumi ini sebagai medn pertempuran
antara berbagai kekuatan jahat dan beraneka dorongan yang baik.Ketiga ,
pengaruh dari gerakan Kesehatan Mental, yang mula-mula memperjuangkan perlakuan
yang lebih manusiawi terhadap mereka yang ditampung dalam rumah sakit jiwa dan
kemudian memperluas aktifitasnya dengan menciptakan jalur dan saluran untuk
membantu warga masyarakat lain yang mengalami gangguan mental yang menggrogoti
kebahagiaan hidup. Keempat, perubahan social dalam masyarakat, akibat dari
perang dunia, resesi ekonomi,pengangguran, undang-undang wajib belajar,
tumbuhnya kota-kota besar , dan kemajuan teknologi. Kelima, dampak dari gerakan
testing psikologis, yang semakin mengembangkan tes-tes sebagai alat yang dapat
diandalkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam kehidupan
seseorang. Keenam, subsidi financial dari pemerintah federal yang memungkinkan
sekolah-sekolah untuk mengangkat
beberapa konselor sekolah, dalam rangka memulai program pendidikan
karier ,bimbingan karier ,penanggulangan kenakalan remaja , pencegahan
penggunaan obat bius , dan preverensi terhadap menularnya berbagai penyakit
kelamin. Ketujuh, pengaruh dari terapi nondirektif , yang dikembangkan oleh
Carl Rogers dan menggantikan pendekatan otoriter serta paternalistic dengan
pendekatan yang menekankan kreatif dalam individu sendiri.Berkat pengaruh
positif dari semua factor itu pelayanan bimbingan ditanamkan dan dikembangkan ,
mulai dari pelayanan bimbingan jabatan diluar lingkup lembaga pendidikan sampai
pelayanan bimbingan di sekolah , yang mencakup bukan hanya bimbingan jabatan ,
melainkan pula bimbingan dalam belajar dan bimbingan dala hal-hal yang
menyangkut diri sendiri dan juga pergaulan dengan orang lain.Dalam
perkembangannya nama asosiasi konseling di Amerika berubah menjadi American
Counseling Association pada tahun 1992 dengan 17 divisi.
Sejarah
pelayanan bimbingan sebagai usaha professional di Indonesia tidak sepanjang
sejarah pelayanan bimbingan di Amerika Serikat; pelayanan ini sejak awal dipusatkan
di beraneka lembaga pendidikan sekolah , terutama di jenjang pendidikan sekolah
menengah. Secara formal pelayanan bimbingan mulai diintrodusir pada awal tahun
1960-an dan mendapat dorongan dari berbagai factor dalam kehidupan masyarakat,
sebagaimana diuraikan dalam bagian terdahulu. Namun titik tolak perluasan
pelayanan bimbingan sebagai usaha terencana dan terorganisasi adalah kebutuhan
akan bimbingan belajar atau bimbingan pendidikan , bukan kebutuhan akan
bimbingan jabatan. Dengan demikian , gerakan Bimbingan dan konseling awal mula
merupakan barang impor , ibarat tunas tumbuhan yang dibawa dari lain tempat
untuk ditanamkan di Indonesia, dan tidak lahir dari dalam lingkup lembaga
pendidikan di lapangan. Selama periode tahun 1970-an mulai melaksanakan 8
proyek perintis sekolah pembangunan dan kurikullum 1975 untuk SMP dan SMA serta
kurikulum 1976 untuk SPG. Mulai Dasawarsa 1980-an terbitan buku-buku yang
membahas pelayanan bimbingan pada institusi pendidikan bertambah banyak,
sebagaimana dapat dilihat dalam daftar judul-judul buku yang disajikan di
masyarakat.
Kalau
ditahun-tahun sebelumnya pelayanan bimbingan hanya difokuskan pada kesulitan
yang dialami siswa selama belajar di SMA, sekarang ini focus diarahkan pada
masa sesudah pendidikan di SMA selesai , sehingga pelayanan bimbingan mulai
bermakna sebagai penunjang pada persiapan siswa di masa depan. Akhir dasawarsa
1980-an lahir UUSPN No.21 1989 . Undang-undang ini tidak membatasi diri pada
pengajaran saja , tetapi justru menonjolkan perkembangan kepribadian sebagai
aspek pokok dalam pendidikan. Seiring dengan itu dalam BUKU
Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling untuk Smu diuraikan , bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling harus menopang tujuan pendidikan nasional
sebagaimana dinyatakan dalam UUSPN No. 21 1989 dan GBHN 1993. Buku ini
mengandung beberapa hal yang baru , baik secara eksplisit maupun secara
tersirat, bila dibandingkan dengan buku-buku pedoman atau petunjuk yang terbit
sebelumnya.Selama awal 1990-an Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia melanjutkan
kegiatanya dan menyelenggarakan konvemsi ke 10 tahun 1995 di Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar